Makalah Ablasio Retina
Makalah Ablasio Retina
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Retina pada mata seperti lapisan film pada kamera tempat obyek yang dilihat oleh mata, merupakan strukturyang sangat terorganisasi, dengan kemampuan untuk memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan melalui nervus opticus ke korteks visual. Begitu pentingnya fungsi retina, sehingga jika terdapat gangguan atau kelainan pada retina dapat terjadi gangguan penglihatan dimana pasien dapat mengalami penurunan baik pada visus maupun lapang pandangnya
Penglihatan turun mendadak tanpa disertai adanya radang ekstraokular dapat disebabkan oleh beberapa kelainan. Kelainan ini dapat ditemui pada neuritis optik, obstruksi vena retina sentral, oklusi arteri retina sentral, perdarahan badan kaca, ambliopia toksik, histeria, retinopati serosa sentral, amaurosis fugaks dan koroiditis. Di samping hal tersebut perlu pula dipikirkan adanya ablatio retina.
Ablasio retina merupakan suatu keadaan dimana sel kerucut dan sel batang retina dari sel epitel pigmen retina terpisah. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membran Bruch. Sebenarnya, tidak terdapat perlekatan struktural antara sel kerucut dan sel batang retina dengan koroid ataupun epitel pigmen retina, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan sel batang dari epitel pigmen retina akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap. Dikenal 3 bentuk ablasi retina, antara lain :
· Ablasi retina regmatogenosa
· Ablasi retina eksudatif
· Ablasi retina traksi
Pada ablasio retina ini bila tidak segera dilakukan tindakan akan mengakibatkan cacat penglihatan atau kebutaan. Oleh karena itu, makalah ini membahas lebih lanjut mengenai ablasio retina sehingga kelainan mata ini dapat dideteksi secara dini dan kecacatan maupun kebutaan akibat penyakit ini dapat dihindarkan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Ablasio Retina?
2 . Apa saja manifestasi klinis dari Ablasio Retina?
3 . Apa saja penyebab/etiologi dari Ablasio Retina?
4 .Apa saja pemeriksaan penunjang dari Ablasio Retina?
5 .Bagaimana pencegahan dari Ablasio Retina?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari Ablasio Retina?
7 .Bagaimana Asuhan Keperawatan dari Ablasio Retina?
C. Tujuan Penulisan
1 .Mengetahui apa yang dimaksud Ablasio Retina
2 . Mengetahui apa saja manifestasi klinis dari Ablasio Retina
3 . Mengetahui apa saja penyebab/etiologi dari Ablasio Retina
4. Mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang dari Ablasio Retina
5. Mengetahui pencegahan dari Ablasio Retina
6. Mengetahui penatalaksanaan dari Ablasio Retina
7. Mengetahui Asuhan Keperawatan dari Ablasio Retina
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Ablasio Retina
Ablasio retina atau retinal detachment adalah lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen. Ada 2 jenis ablasio retina:
Nonregmatogen (tanpa robeka retina) Terjadi karena adanya eksudasi di bawah lapisan retina, misalnya:
a. Inflamasi okuler: Vought-Koyanagi-Harada disease.
b. Penyakit vaskular okular: coast disease.
c. Penyakit vaskular sistemik: hipertensi malignna.
d. Tumor intraokular melanma koroid hemangioma.
Regmatogen (dengan robekan retina atau break: tear & hole )
Adanya tear atau hole menyebabkan masuknya cairan e ruang subretina sehingga retina terdorong lepas dari epitel pigmen.
Manifestasi Klinis Ablasio Retina
Gejala dini: floaters dan fotopsia (kilatan halilintar kecil pada lapang pandang). Gangguan lapang pandang. Pandangan seperti tertutup tirai. Visus menurun tanpa disertai rasa sakit. Visus menurun pada pemeriksaan fundus okuli, tampak retina yang terlepas berwarna pucat dengan pembuluh darah retina yang berkelok-kelok disetai tanpa robekaan retina.
Penyebab/Etiologi Ablasio Retina
Kejadian ablasio retina cukup sering dijumpai pada praktek sehari-hari dokter mata. Ablasio retina dapat terjadi pada semua kelompok usia namun umumnya pada usia dewasa muda maupun usia lanjut baik pada laki-laki maupun perempuan. Berdasarkan proses terjadinya ablatio retina dapat dikelompokkan dalam 3 jenis yaitu ablatio retina regmatogen karena adanya robekan atau lubang pada retina, ablatio retina traksional oleh karena tarikan terhadap retina dan ablatio retina eksedatif akibat komplikasi penyakit lain misalnya adanya tumor, hipertensi, peradangan, dll. Beberapa faktor berpengaruh terhadap kejadian ablatio retina regmatogen seperti miopia tinggi, degenerasi retina, trauma, operasi riwayat intra okular, riwayat keluarga dengan ablatio retina, proses penuaan.
Ruang potensial antara neuroretina dan epitel pigmennya sesuai dengan rongga vesikel optik embrionik. Kedua jaringan ini melekat longgar pada mata yang matur dan dapat terpisah:
1. Ablasio Retina Regmatogenosa : Jika terjadi satu robekan pada retina, sehingga vitreous yang mengalami likuifikasi dapat memasuki ruang subretina dan menyebabkan ablasio progresif
2. Ablasio Retina Traksional : Jika retina tertarik oleh serabut jaringan kontraktil pada permukaan retina (misal seperti pada retinopati proliferatif pada diabetes melitus)
3. Ablasio Retina Eksudatif : wlaupun jarang terjadi, bila cairan berakumulasi dalam ruang subretina akibat proses eksudatif yang dapat terjadi selama toksemia pada kehamilan Robekan pada retina paling sering berkaitan dengan onset ablasio vitreous posterior. Ketika gel vitreous terjadi dari retina, traksi yang dihasilkan (traksi vitreous) menjadi lebih terlokalisasi dan lebih besar. Kadang cukup untuk menyebabkan robekan retina. Kelemahan retina perifer dasar seperti degenerasi lapis, meningkatkan kemungkinan terbentuknya robekan ketika vitreous menarik retina. Orang dengan miopia tinggi memiliki peningkatan resiko yang bermakna akan ablasio retina yang berkembang.
Pemeriksaan Penunjang Ablasio Retina
Setelah ketajaman pandangan telah ditentukan, pasien harus menjalani tes dilitasi fundus menggunakan ophthalmoscope langsung dan pemeriksaan menggunakan tes 3 kaca Goldmann. Pemeriksaan ini sangat mendetail dan lama, dan akan membuat pasien merasa tidak nyaman. Banyak pasien mengungkapkan pemeriksaan ini bagaikan melihat langsung ke arah matahari. Pada pemeriksaan ini seluruh kerusakan retina, seluruh berkas jaringan fibrosa yang mugkin menyebabkan retina mengalami traksi dan seluruh perubahan degenerative harus di identifikasi. Gambaran retina secara keseluruhan dibuat oleh oftalmologist (dokter spesialis mata).
Pencegahan Ablasio Retina
Kita tidak bisa mencegah sebagian besar kasus ablasio retina. Beberapa trauma mata dapat merusak retina dan menyebabkan ablasio. Kita dapat mengurangi resiko trauma jika:
a. Menggunakan kaca mata pelindung ketika bekerja menggunakan peralatan yang beresiko melukai mata seperti ketika menggunakan las mesin atau alat pemotong mesin atau besi.
b. Untuk orang-orang diabetic dengan keluhan mata kabur disarankan untuk rutin memeriksakkan mata karena orang dengan diabetes mellitus berisiko mengalami retinopati yang dapat menyebabkan ablasio retina. Atau dengan menjaga kadar glukosa darah tetap berada dalam batas normal merupakan cara yang efektif untuk menghindari ablasio retina.
Penatalaksanaan Ablasio Retina
1. Penderita tirah baring total.
2. Mata yang sakit ditutup dengan bebat mata.
3. Pada penderita dengan ablasio retina nonregmatogen, bila penyakit primernya sudah diobati, tetapi masih terdapat ablasio retina, dapat dilakukan operasi cerclage.
4. Pada ablasio retina regmatogen:
a. Fotokoagulasi retina: bila terdapat robekan retina dan belum terjadi separasi retina.
b. Plombage lokal: dengan spons silikon dijahitkan pada episklera di daerah robekan retina (dikontrol dengan oftalmoskop indirek binuklear).
c. Membuat radang steril pada koroid dan epitel pigmen pada daerah robekan retina dengan jalan:
- Diatermi
- Pendinginan
- Operasi cerclage
Operasi ini dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca pada keadaan cairan subretina dapat dilakukan funngsi lewat sklera.
PENGERTIAN GANGGUAN PENGLIHATAN (KETUNANETRAAN)
Kumpulan Materi - Dalam bidang pendidikan luas biasa, anak dengan gangguan penglihatan lebih akrab disebut anak tunanetra. Pengertian tunanetra tidak saja mereka yang buta, tetapi mencakup juga mereka yang mampu melihat terapi terbatas sekali dan kurang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup sehari hari terutama dalam belajar. Jadi, anak anak dengan kondisi penglihatan yang termasuk setengah melihat, low vision, atau rabun adalah bagian dari kelompok anak tunanetra.
Dari uraian di atas, pengertian anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya (kedua duanya) tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari hari seperti halnya orang awas. Anak anak dengan gangguan penglihatan ini dapat diketahui dalam kondisi berikut:
Ketajaman penglihatan kurang dan ketajaman yang dimiliki orang awas.
Terjadi kekeruhan pada lensa mata atau terdapat cairan tertentu.
Posisi mata sulit dikendalikan oleh syarat otak.
Terjadi kerusakan susunan syaraf otak yang berhubungan dengan penglihatan.
Dari kondisi kondisi di atas, pada umumnya yang digunakan sebagai petokan apakah seorang anak termasuk tunanetra atua tidak ialah berdasarkan pada tingkat ketajaman penglihatan. Untuk mengetahui ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang dikenal sebagai tes Snellen Card. Perlu ditegaskan bahwa anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya (Visusnya) kurang dari 6/12. Artinya, berdasarkan tes, anak hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter.
Berdasarkan acuan tersebut, anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:
(1) Buta
Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsang cahaya dari luar (visusnya = 0)
(2) Low Vision
Bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 6/21, atau jika anak hanya mampu membaca headline pada surat kabar.
Anak tunanetra memiliki karakteristik kognitif, sosial, emosi, motorik, dan kepribadian
yang sangat bervariasi. Hal ini sangat tergantung pada sejak kapan anak mengalami
ketunanetraan, bagaimana tingkat ketajaman penglihatannya, berapa usianya, serta
bagaimana tingkat pendidikannya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ablasio retina adalah lepasnya retina sensoris dari epitel pigmen. Ablasio retina dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Nonregmatogen (tanpa robeka retina) dan Regmatogen (dengan robekan retina atau break: tear & hole ). Nonregmatogen terjadi karena adanya eksudasi di bawah lapisan retina sedangkan Regmatogen adalah adanya tear atau hole menyebabkan masuknya cairan e ruang subretina sehingga retina terdorong lepas dari epitel pigmen.
Ablasio retina dapat terjadi pada semua kelompok usia namun umumnya pada usia dewasa muda maupun usia lanjut baik pada laki-laki maupun perempuan.Beberapa faktor berpengaruh terhadap kejadian ablatio retina regmatogen seperti miopia tinggi, degenerasi retina, trauma, operasi riwayat intra okular, riwayat keluarga dengan ablatio retina, proses penuaan.
Kita tidak bisa mencegah sebagian besar kasus ablasio retina. Beberapa trauma mata dapat merusak retina dan menyebabkan ablasio. Kita dapat mengurangi resiko trauma jika menggunakan kaca mata pelindung ketika bekerja menggunakan peralatan yang beresiko melukai mata seperti ketika menggunakan las mesin atau alat pemotong mesin atau besi dan untuk orang-orang diabetic dengan keluhan mata kabur disarankan untuk rutin memeriksakkan. Penatalaksanaan pada penderita ablasio retina yaitu penderita tirah baring total, mata yang sakit ditutup dengan bebat mata. Pada penderita dengan ablasio retina nonregmatogen, bila penyakit primernya sudah diobati, tetapi masih terdapat ablasio retina, dapat dilakukan operasi cerclage. Pada ablasio retina regmatogen: 1) Fotokoagulasi retina: bila terdapat robekan retina dan belum terjadi separasi retina, 2) Plombage lokal: dengan spons silikon dijahitkan pada episklera di daerah robekan retina, 3) Membuat radang steril pada koroid dan epitel pigmen pada daerah robekan retina dengan diatermi, pendinginan, operas cerclage, operasi ini dikerjakan untuk mengurangi tarikan badan kaca pada keadaan cairan subretina dapat dilakukan funngsi lewat sklera.
Saran
Saran dari makalah ini semoga mahasiswa dapat memahami tetang Ablasio retina dapat menjadikan makalah ini sebagai media pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Bare. 2003. Brunner and Suddarth Textbook of Medical-Surgical Nursing 10 th Edition . Lippincott: USA
James, B., Chew, C. & Bron, A. 2005.
Lecture Notes: Oftalmologi ed.9 . Jakarta: Erlangga
http://rsmataaini.co.id
Annonim_. 2011. Retinal Detacment Prevention . http//www.m.webmd.com/eye-health/tc/retinal-detachment-prevention// diakses tanggal 4 Juni 2014
Komentar
Posting Komentar