Makalah konflik dan negosiasi
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren, artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial. Didalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki kesamaan yang persis baik dari unsur tekhnis, kepentingan, kemauan, kehendak, tujuan, dan sebagainya. Dari setiap konflik ada beberapa diantaranya yang dapat di selesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga menimblkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat diatasinya akar konflik sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan yang terkecil hingga peperangan
Konflik dalam organisasi sering dilihat sebagai sesuatu yang lumrah terjadi termasuk oleh pemimpin organisasi. Kebanyakan manajer yang terlibat dalam negosiasi tidak menyukai konflik disaat negosiasi berlangsung.Karenanya,penanganan yang dilakukanpun cenderung diarahkan kepada peredaman konflik. Konflik bisa mengandung kebaikan walaupun dalam prakteknya tidak semua konflik memberikan hasil yang baik dalam negosiasi. Masalah utama yang timbul dalam konflik cenderung akan bertambah buruk jika diabaikan atau tidak ditangani dengan baik. Dalam penanganan konflik membutuhkan proses kreatif yang diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang positif, yaitu solusi dan hubungan yang lebih baik antara kedua belah pihak. Karena itu dalam hal ini akan dibahas mengenai konflik yang terjadi ketika negosiasi berlangsung, mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya konflik, dan bagaimana menanganinya agar konflik tersebut tidak menjadi lebih buruk sehingga tujuan bersama yang saling menguntungkan dapat tercapai.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah:
Menjelaskan Konflik dan Negosiasi !
Menjelaskan macam-macam Konflik !
Menjelaskan Pandangan tentang Konflik !
Menjelaskan Penyebab Konflik dalam Negosiasi !
Menjelaskan Reaksi dalam Konflik !
Menjelaskan Teori-teori Konflik !
Menjelaskan Strategi dan Taktik negosiasi !
Menjelaskan Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik !
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
Untuk Mengetahui Konflik dan Negosiasi !
Untuk Mengetahui macam-macam Konflik !
Untuk Mengetahui Pandangan tentang Konflik !
Untuk Mengetahui Penyebab Konflik dalam Negosiasi !
Untuk Mengetahui Reaksi dalam Konflik !
Untuk Mengetahui Teori-teori Konflik !
Untuk Mengetahui Strategi dan Taktik negosiasi !
Untuk Mengetahui Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik !
BAB II
PEMBAHASAN
Konflik dan Negoisasi
Indonesia kaya dengan pengalaman kerusuhan, ketegangan, dan konfliksosial, dan sekaligus kaya juga dengan cara-cara meredam konflik tersebut. Tapi sayangnya cara-cara yang dikembangkan untuk meredam kerusuhan,ketegangan, dan konflik sosial ini tidak pernah mampu meredam konflik secaratuntas. Kejadian kerusuhan, ketegangan, dan konflik muncul kembali di tempat lain atau mungkin juga di tempat yang sama dengan model konflik yang serupa dengan kejadian sebelumnya.Karena itu perlu untuk meninjau lebih dalam tentang konflik dan upaya menyelesaikannya. Negosiasi merupakan salah satu pendekatan untuk mengelola konflik dalam setting antarpribadi, kelompok, organisasi, sosial, dan internasional. Negosiasi dibedakan secara tipikal dari bentuk manajemen konflik melalui penekanannya pada tujuan-tujuan yang tidak sesuai diantara orang-orang dan pertukaran usul yang bertujuan untuk mengurangi perbedaan antara dalam ketidaksesuaian dan menciptakan kesepakatan. Dalam konteks ini konflik dan negosiasi menjadi penting untuk dikaji. Untuk memperdalam pemahaman tentang konflik dan negosiasi perlu definisi masing-masing dan makna yang muncul ketika kedua kata tersebut dirangkaikan.Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin “con”yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Sedangkan negosiasi dalam Oxford adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal. Dalam KBBI (Kamus Besar BahasaIndonesia), kata negosiasi diartikan sebagai proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dengan pihak lain.
Karl marx (1818-1883) sangat pantas di sebut tokoh utama pengagas teori konflik. Meskipun kemudian banyak sarjana yang mengembangkan teori ini, tokoh klasik teori ini adalah marx 5.
jika penelusuran teori ini di tarik lagi kebelakan, dasar-dasar teori konflik sudah ada dalam pemikiran thomas hobes (1588-1679)6. Iya dalah orang yang paling berpengaruh dalam mengembangkan paham matearialisme.7 menurut hobes, mahluk hidup tersusun dari materi. Sifat dasar manusia di dalam kehidupan hanya untuk memenuhi ego (materi).
_________________________
5.Para sosiolog yang mengembangkan teori konflik setelah karl marx adalah c. Wright Mills (1956-1959) Leis Coser (1956),Aron (1957),dahrendorf(1959),dan Randall Collins (1975)
6. Sebelum hobes,ide teori konflik sudah ada dalam pikiran niccolo machiavelli (1469-1527). Menurutnya, manusia memiliki watak dasar alamiah berupa sifat rakus yang tidak pernah terpuaskan, penipu, dan tidak ada belas kasihan.sifat-sifat ini di miliki arena terbatasnya sumber daya ekonomi.oleh karena itu, dengan sifat ini smanusia akan selalu mengalami konflik.
7. Jostein Gaarder, Sophie’s world : A novel About the history of Philosophy, canada :harper Collins 1994.
Dalam memenuhi kebutuhan materinya manusia berkompetisi dengan manusia lainnya, bahkan dengan menggunakan berbagai macam cara oleh karena itulah menurut hobes, manusia adalah serigala bagi yang lainnya (homo homini lupus) yang mencerminkan bahwa diantara manusia selalu di warnai oleh pola relasi dominasi dan penindasan.
Adapun definisi negosiasi menurut Goodpaster: proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam, mengandung seni dan penuh rahasia, untuk mencapai suatu tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak.Interaksi, komunikasi dan seni, serta tujuan merupakan elemen dalam definisi diatas.6
Negosiasi diartikan oleh Friedrich-Naumann-Stiftung sebagai suatu proses dimana sedikitnya dua orang (atau lebih) berusaha mencapai sesuatu, agar hal itu tercapai, kedua pihak harus menyepakati suatu cara pemecahan.
Konflik dan negosiasi adalah dua hal saling terkait secara dinamis,interaksi yang berulang antara sumber dan target yang secara simultan bergantian menjadi pengirim dan penerima pesan, usaha saling mempengaruhi.Menurut penulis, konflik muncul karena adanya perbedaan pandangan dalam mencapai tujuan. Sementara negosiasi digunakan untuk menyelesaikan konflik.Dalam dinamika konflik dan negosiasi ada upaya untuk saling mempengaruhi.Salah satu cara mempengaruhi adalah dengan persuasi yang diartikan sebagai aktivitas menciptakan, menguatkan, atau memodifikasi kepercayaan, sikap, atau perilaku.
______________________
6 Cahyo S. Wijaya, Jurus Maut Negosiasi: Kiat Efektif Menjadi Negosiator Handal,(Yogyakarta: Second Hope, 2011), h. 7.
Ada perbedaan antara persuasi dengan negosiasi yaitu dalam negosiasi sumber dan target saling mempengaruhi dalam suatu keadaan yang saling ketergantungan. Hasil (out come) tergantung pada tindakan orang lain.Sementara persuasi mengandung satu potret interaksi dimana sumber tidak secara langsung memengaruhi target dengan perhatian pada satu dimensi masalah, tidak ada saling ketergantungan. Persuasi dikatakan berhasil jika bisa mengubah pemikiran atau kepercayaan seseorang, dimana perubahan pemikiran dan sikap akan memengaruhi perubahan perilaku.
MACAM-MACAM KONFLIK
Untuk memudahkan analisis permasalahan ini, akan di sajikan beberap bentuk konflik sebagai salah-satu gejala sosial masyarakat indonesiayang di antaranya
Konflik Gender
Istilah ender bukan merujuk pada aspek perbedaan jenis kelamin dimana laki-laki di tunjukan dengan identitas diri dan dimana laki-laki memiliki alat kelamin yang berbeda dengan perempuan, akan tetapi gender berorientasi pada aspek sosio kultural.
Konflik rasial dan antar suku
Istilah ras sering kali diindentikkan dengan perbedaan warna kulit manusia, diantaranya ada sebagian kelompok manusia yang berkulit putih, sawo matang dan hitam.
Konflik Antar umat Agama
Agama tidak cukup di pahami sebagai mmetode hubungan penyembahan manusia kepada tuhan serta seperangkat tata aturan kemanusiaan atas dasar untunan kitab suci.
Konflik antar Golongan
Menyimak peristiwa pembakaran kantor-kantor pemerintah di kabupaten kaur riau beberapa waktu yang lalu (2005) oleh massa yang tidak terkendali emosinya akibat ketidakpuasan rakyat atas hasil pilkada telah menunjukkan betapa rawanya pilkada kita terhadap konflik baik yang bersifat horizontal maupun vertikal.
Konflik Kepentingan
Didalam dunia politik “tiada lawan yang abadi dan tiada pula kawan yang abadi, kecuali kepentingan abadi.”dengan demikian konflik kepentingan identik dengan konflik politik.
Konflik antar Pribadi
Konflik antar individu adalah konflik sosial yang melbatkan individu didalam konflik tersebut.
Konflik antar kelas Sosial
Konflik yang terjadi antar kelas sosial biasanya berupa konflik yang bersifat vertikal yaitu konflik anatara kelas sosial atas dan kelas sosial bawah.
Konflik antar Negara atau Bangsa
Konflik antar negara adalah konflik yang terjadi antara dua negara atau lebih.
PANDANGAN TENTANG KONFLIK
Dalam uraian di bawah ini disajikan beberapa pandangan tentang konflik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Robbins (1996:429).
Pandangan Tradisional (The Traditional View).
Pandangan ini menyatakan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif, merugikan dan harus dihindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Pandangan ini konsisten dengan sikap-sikap yang dominan mengenai perilaku kelompok dalam dasawarsa 1930-an dan 1940-an. Konflik dilihat sebagai suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya kepercayaan dan keterbukaan di antara orang-orang,dan kegagalan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
Pandangan Hubungan Manusia (The Human Relations View).
Pandangan ini berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena itu keberadaannya harus diterima dan dirasionalisasikan sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi.
Pandangan Interaksionis (The Interactionist View).
Pandangan ini cenderung mendorong terjadinya konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang koperatif, tenang, damai, dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimun secara berkelanjutan, sehingga kelompok tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif.
PENYEBAB KONFLIK DALAM NEGOISASI
Dalam negosiasi terdapat banyak hal yang bisa menyebabkan konflik (Jackman 2005, 72). Berikut ini dipaparkan beberapa contoh penyebab konflik dalam negosiasi :
Ketika satu pihak atau lebih menolak untuk bergerak dari posisi awal negosiasi;
Lebih fokus kepada orang dan posisi daripada masalah yang ada;
Adanya agenda tersembunyi atau rasa saling tidak percaya terhadap motivasi pihak lawan;
Manipulasi dan perilaku agresif terhadap salah satu pihak atau Keinginan untuk menang, tanpa mempedulikan apapun resikonya;
Mengejar sasaran yang terlalu tinggi dan tidak realistis.
Tidak bersedia meluangkan waktu untuk menjajaki posisi lawan dan/atau,
adanya penolakan untuk menghargai sudut pandang lawan;
Kurang jelasnya peran atau tingkat otoritas;
Kriteria subyektif yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau proses pengambilan keputusan yang tidak jelas.
Dalam negosiasi seorang manajer harus dapat memahami sikapnya terhadap konflik. Pemahaman tersebut dapat berguna sebagai persiapan dan pemikiran dalam menghadapi konflik ketika konflik tersebut muncul dalam negosiasi
REAKSI DALAM KONFLIK
Ada berbagai reaksi yang timbul akibat adanya konflik dalam organisasi, antara lain :
Amarah
Amarah dan sikap bermusuhan dalam diri lawan negosiasi bisa menakutkan dan sulit dihadapi. Penyebab amarah timbul karena perasan tidak aman,gelisah rasa kurang percaya diri. Biasanya amarah ditunjukkan dengan bahasa tubuh akibat dari naiknya tekanan darah dan menegangnya otot-otot. Lawan cenderung berbicara lebih cepat, tidak teratur, lebih keras dan dengan nada suara yang meninggi serta menggunakan suara yang agresif. Cara untuk mengatasi amarah dapat dilakukan dengan cara internal dan eksternal.
Internal, jaga jarak secara psikologis, dan pahami apa yang terjadi dan jangan libatkan diri secara emosional.
External, biarkan lawan mengungkapkan perasaannya dan dengarkan dengan baik apa yang dikatakannya. Klarifikasi dan analisis penyebab kemarahannya dengan cara mengulangi kembali, mengajukan pertanyaan dan lakukan dengan sikap netral tanpa meremehkan atau merendahkan lawan. Jangan sekali-kali untuk membalas dengan amarah yang sama.
2. Kritik
Kritik jika disampaikan dengan cara yang konstruktif dapat menjernihkan suasana dan dapat meningkatkan kualitas hubungan kedua belah pihak. Cara menyampaikan kritik agar berhasil adalah sebagi berikut :
Pilih waktu dan tempat, dan pastikan emosi tidak sedang meninggi;
Jelaskan perilaku yang ingin diubah dengan spesifik, jangan sampai mengakimi;
Ungkapkan perasaan, dan jangan menyalahkan;
Meminta perubahan perilaku yang semestinya diinginkan;
Jelaskan hal positif yang akan diperoleh dan akibat buruk jika tidak mau berubah;
Ingat, posisi kedua belah pihak adalah sama-sama penting;
Akhiri dengan pernyataan positif;
Umpan balik yang sebanding dengan kritik.Dalam menyampaikan kritik harus memperhatikan hal-hal sebagi berikut:
a. Yang dikritik adalah perilaku lawan bukan
orangnya;
Pertimbangkan apabila lawan tidak menyetujui kritikan, apakah siap berkompro-mi?
Sampaikan kritik dengan cara-cara yang konstruktif;
Sedangkan hal-hal yang harus dihindari adalah:
Bersikap defensif terhadap kritik, mempertahankan dan membenarkan perilaku yang telah dilakukan;
Saling serang kritik;
Menerima kritik dengan sikap agresif dengan reaksi yang tidak pantas, pasif dan manipulatif untuk menyerang lawan.
Dalam menerima kritik hendaknya kita bersikap asertif, mengakui bahwa kita salah dan menunjukkan kepada lawan bahwa kita terbuka untuk bersedia bergerak maju dalam negosiasi, serta menggunakan pendekatan yang positif dan meminta saran kepada lawan. dengan istilah yang menghina dan merendahkan. Ketika konflik mencapai pada level yang ekstrim mungkin mengakibatkan sebuah konflik yang tidak teratasi/tidak terselesaikan sehingga negosiasi harus dihentikan (deadlock). Untuk mencegah deadlock tersebut pihak ketiga harus dihadirkan sebagai mediator. Dalam menengahi deadlock tersebut mediator harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Mediator harus mengakui adanya konflik dan mengarahkan pada cara-cara untuk menyelesaikan persoalan yang timbul. Bagi pihak-pihak yang bertikai konflik dianggap sebagai suatu masalah yang serius, oleh karena itu mediator tidak boleh menganggap remeh konflik tersebut;
Mediator harus bersikap netral. Mediator tidak boleh menunjukkan persetujuannya kesalahsatu pihak, baik dengan ekspresi muka, gerakan tubuh atau mengulangi pernyataan dari salah satu pihak yang bertikai. Dengan bersikap netral diharapkan kedua pihak akan merasa nyaman untuk meyampaikan tuntutan mereka;
Mediator harus memfokuskan diskusi pada masalah bukan kepada pribadi yang bertikai;
Mediator harus meletakkan pihakpihak yang bertikai pada perspektifnya dengan mengidentifikasi bidang-bidang yang akan disetujui dan memfokuskan pada masalah secara satu persatu;
Mediator bersikap sebagi fasilitator dan bukan sebagai hakim yang akan menentukan siapa yang menang dan kalah;
Mediator harus memperoleh keyakinan bahwa pihak yang bertikai mendukung solusi yang telah mereka setujui.
TEORI-TEORI KONFLIK
Teori-teori utama mengenai sebabsebab konflik adalah:
1. Teori hubungan masyarakat Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok
yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasaran: meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di
dalamnya.
a. Teori kebutuhan manusia
Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi. Sasaran: mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan pilihanpilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Teori negosiasi prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi
tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak konflik. Sasaran: membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
Teori identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. Sasaran: melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
Teori kesalahpahaman antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasaran: menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.
Teori transformasi konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi. Sasaran: mengubah struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antar pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian.
STRATEGI DAN TAKTIK NEGOISASI
Pendekatan dalam melakukan negoisasi di kenal ada dua macam yaitu : distributive bargaining dan intergrative bargaining. Distributive bargaining merupakan negoisasi yang berusaha membagi sejumlah umber daya yang tetap, dimana terdapat situasi win-loose. Distributive bargaining terjadi seperti dalam negoisasi antara pekerja dan manajemen. Karena setiap negoisasi oleh pekerja akan meningkatkan biaya manajemen, masing-masing pihak melakukan persetujuan secara agresif dan memperlakukan pihak lain sebagai lawan yang harus di kalahkan.
Sedangkan integrative bargaining merupakan negoisasi yang mencari satu atau lebih penyelesaian yang dapat menciptakan win-win solution. Integrative bargaining lebih di sukai dari pada distributive bargaining karena membangun hubungan jangk panjang. Integrative bargaining mengikat negoisator dan memungkinkan mereka meninggalkan meja perundingan merasa telah mendepatkan kemenangan.
Perbedaan keduanya di gambarkan oleh robbins dan judge (2011 ; 500) berdasarkan karakteristik bargaining, seperti tampak pada tabel 17.1
Bargaining Characteristic
Distributive Bargaining
Integrative bargaining
Goal
Get as much of the pie as possible
Expand the pie so that both parties are statisfied
Motivation
Win-lose
Win-win
Focus
Postions (“I can’t go beyond this point on this issue”)
Interests (“Can you explain why this issue is so important to you”)
Interests
Opposed
Congruent
Information Sharing
Low (Sharing information will only allow other party to take advantage)
High (sharing information will allow each party to find ways to satisfy interests of each party)
Duration of relationship
Short term
Long term
Sumber: Stephen P. Robbins dan Timothy A Judge, Organizational behavior,2011
Taktik negoisasi yang dianjurkan untuk dapat di pergunakan, antara lain di kemukakan adalah sebagai berikut (Gisbon, Ivancevich, Donnely, dan konopaske, 2012 “278”
Good-Guy/Bad Guy Team.
Anggotta kelompok negoisasi Bad Guy mengadvokasi posisi terlalu banyak di luar garis sehingga apapun yang di katakan Good Guy kelihatan masuk akal.
The Nibble.
Taktik ini menyangkut mendapatkan konsesi individual setelah kesepakatan telah di capai. Misalnya permintaan untuk menjadi posisi staf oleh manajer pemasaran setelah kesepakatan di capai antara kelompok dan kelompok pemasaran lain tentang pembagian tugas riset pemasaran.
Join Problem Solving.
Manajer seharusnya tidak pernah berasumsi bahwa semakin menang satu pihak, semakin banyak pihak lain kalah. Alternative yang layak yang belum di pertimbangkan mungkin muncul.
Power of Competicion.
Negoisator yang ketat menggunakan kompetisi buat lawan berpikir bahwa kita tidak perlu mereka.
Splitting the Difference
Ini dapat menjadi tekhnik ketika kedua kelompok sampai pada titik impas. Tetpi manajer harus berhati-hati ketika kelompok lain menawarkan menyisakan perbedaan terlalu awal. Mungkin berarti kelompok lain telah mendapatkan lebih dari yang pantas dia pikirkan.
Low balling
Tawaran rendah yang mentertawakan dan tau konsesi serng di pergunakan untuk menurunkan harapan kelompok lain. Manajer tidak searusnya membiarkan tipe tawaran ini menurunkan harapan atau tujuanya, maupunmanajer berhenti mengasumsi posisi kelompok lain adalah tidak fleksibel.proses komunikasi harus berlanjut.
NEGOISASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK
Terdapat 4 peran dasar pihak ketiga, yaitu sebagai: mediator, arbitrator, conciliator, dan consultan (robbins dan Judge, 2011: 507)
Mediator.
adalah pihak ketigayang netral yang menfasilitasi alternative, dan semacamnya. Mediator di pergunakan secara luas dalam negoisasi pekerja manajemen dan perselisihan dalam pengadilan. Efectifitas secara keseluruhan cukup impresive.
Arbitrator.
Adalah pihak ketiga dengan kewenangan mendiktekan kesepakatan. Arbitrati dapat bersifat sukarela diminta oleh para pihak aau di paksa oleh hukum atau kontrak. Kelebihan arbitrati atas mediasi adalah selalu menghasilkan penyelesaian. Apabila satu pihak merasa di kalahkan, pihak tersebut psi tidak puas dan tidak mungkin dengan ramah menerima keputusan atbitrator.
Conciliator
Adalah pihak ketiga yang dipercaya menyediakan saluran komunikasi informal antara negoisator dengan lawanya. Membandingkan konsiliasi pada mediasi pada ukuran efektivitas terbukti sulit karena keduanya banyak tumpang tindih. Dalam praktik, konsiliator umumnya bertindak lebih banyak dari pada sekedar saluran komunikasi.mereka juga terika dalam menemukan fakta, menginterpretasikan fakta dan membujuk orang yang berselisih untuk membangun kesepakatan.
Consultant.
Adalah pihak ketiga yang terampil dan tidak memihak yang berusaha memfasilitasi pemecahan masalah melalui komunikasi dan analisis, di bantu oleh pengetahuan manajemen konflik.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Negosiasi adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari agar dapat bertahan dalam bisnis atau bidang lainnya. Dalam pelaksaaan negosiasi tidak jarang terjadi konflik yang membawa masalah tersendiri dari tingkat yang sederhana sampai masalah yang kompleks sehingga mengganggu jalannya negosiasi.
Konflik selalu timbul jika pandangan satu pihak berbeda.dengan pandangan pihak lawan. Agar konflik dapat memberikan manfaat yang optimal dalam negosiasi dan mengurangi efek negatifnya, konflik dapat dikelola dengan melakukan pencegahan dan penanganan konflik sehingga tujuan dan sasaran dalam negosiasi dapat tercapai.
Jika dalam negosiasi menemukan jalan buntu dapat diusulkan untuk dilakukan penangguhan guna menyediakan waktu bagi kedua belah pihak untuk berpikir dan merenung ketika situasi menjadi sulit. Penangguhan bukan berarti menunda negosiasi tetapi untuk memberikan kesempatan bernapas ketika ketegangan muai meningkat dan waktu penangguhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kedua belah pihak dan bukan dimaksudkan untuk menghindar dari konflik yang terjadi.
Akhirnya penulis menyimpulkan apabila konflik dapat dikelola dan ditangani dengan baik, dapat memberikan manfaat dan akhirnya meningkatkan hubungan yang lebih baik antara kedua belah pihak sehingga tujuan dan sasaran negosiasi antara kedua belah pihak dapat tercapai
SARAN
Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan keritik dan sarannya agar makalah dikemudian hari bisa lebih baik dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
James S. Coleman, Dasar-Dasar Teori Sosial, Bandung, Nusa Media, 1994.
Elly M. Setiadi, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Kencana Prenamedia Group, 2011.
Jacobus Ranjabar,S.H.,M.Si, Perubahan Sosial,Teori-teori dan Proses Perubahan Sosial serta Teori Pembangunan, Bandung, Alfabeta, 2015
Novri Susan, M.A, Pengantar Sosiologi Konflik, Jakarta, 2009.
Prof.Dr.Wibowo.S.E.,M.PHIL, Perilaku Dalam Organisasi, Tangerang, 2013
https://www.neliti.com/id/publications/23153/mengenal-konflik-dalam negoisasi
Latar Belakang
Konflik merupakan gejala sosial yang serba hadir dalam kehidupan sosial, sehingga konflik bersifat inheren, artinya konflik akan senantiasa ada dalam setiap ruang dan waktu, dimana saja dan kapan saja. Dalam pandangan ini, masyarakat merupakan arena konflik atau arena pertentangan dan integrasi sosial merupakan gejala yang selalu mengisi setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya konflik dan integrasi adalah adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial. Didalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki kesamaan yang persis baik dari unsur tekhnis, kepentingan, kemauan, kehendak, tujuan, dan sebagainya. Dari setiap konflik ada beberapa diantaranya yang dapat di selesaikan, akan tetapi ada juga yang tidak dapat diselesaikan sehingga menimblkan beberapa aksi kekerasan. Kekerasan merupakan gejala tidak dapat diatasinya akar konflik sehingga menimbulkan kekerasan dari model kekerasan yang terkecil hingga peperangan
Konflik dalam organisasi sering dilihat sebagai sesuatu yang lumrah terjadi termasuk oleh pemimpin organisasi. Kebanyakan manajer yang terlibat dalam negosiasi tidak menyukai konflik disaat negosiasi berlangsung.Karenanya,penanganan yang dilakukanpun cenderung diarahkan kepada peredaman konflik. Konflik bisa mengandung kebaikan walaupun dalam prakteknya tidak semua konflik memberikan hasil yang baik dalam negosiasi. Masalah utama yang timbul dalam konflik cenderung akan bertambah buruk jika diabaikan atau tidak ditangani dengan baik. Dalam penanganan konflik membutuhkan proses kreatif yang diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang positif, yaitu solusi dan hubungan yang lebih baik antara kedua belah pihak. Karena itu dalam hal ini akan dibahas mengenai konflik yang terjadi ketika negosiasi berlangsung, mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya konflik, dan bagaimana menanganinya agar konflik tersebut tidak menjadi lebih buruk sehingga tujuan bersama yang saling menguntungkan dapat tercapai.
Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi masalah dalam makalah ini adalah:
Menjelaskan Konflik dan Negosiasi !
Menjelaskan macam-macam Konflik !
Menjelaskan Pandangan tentang Konflik !
Menjelaskan Penyebab Konflik dalam Negosiasi !
Menjelaskan Reaksi dalam Konflik !
Menjelaskan Teori-teori Konflik !
Menjelaskan Strategi dan Taktik negosiasi !
Menjelaskan Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik !
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
Untuk Mengetahui Konflik dan Negosiasi !
Untuk Mengetahui macam-macam Konflik !
Untuk Mengetahui Pandangan tentang Konflik !
Untuk Mengetahui Penyebab Konflik dalam Negosiasi !
Untuk Mengetahui Reaksi dalam Konflik !
Untuk Mengetahui Teori-teori Konflik !
Untuk Mengetahui Strategi dan Taktik negosiasi !
Untuk Mengetahui Negosiasi Pihak Ketiga sebagai Resolusi Konflik !
BAB II
PEMBAHASAN
Konflik dan Negoisasi
Indonesia kaya dengan pengalaman kerusuhan, ketegangan, dan konfliksosial, dan sekaligus kaya juga dengan cara-cara meredam konflik tersebut. Tapi sayangnya cara-cara yang dikembangkan untuk meredam kerusuhan,ketegangan, dan konflik sosial ini tidak pernah mampu meredam konflik secaratuntas. Kejadian kerusuhan, ketegangan, dan konflik muncul kembali di tempat lain atau mungkin juga di tempat yang sama dengan model konflik yang serupa dengan kejadian sebelumnya.Karena itu perlu untuk meninjau lebih dalam tentang konflik dan upaya menyelesaikannya. Negosiasi merupakan salah satu pendekatan untuk mengelola konflik dalam setting antarpribadi, kelompok, organisasi, sosial, dan internasional. Negosiasi dibedakan secara tipikal dari bentuk manajemen konflik melalui penekanannya pada tujuan-tujuan yang tidak sesuai diantara orang-orang dan pertukaran usul yang bertujuan untuk mengurangi perbedaan antara dalam ketidaksesuaian dan menciptakan kesepakatan. Dalam konteks ini konflik dan negosiasi menjadi penting untuk dikaji. Untuk memperdalam pemahaman tentang konflik dan negosiasi perlu definisi masing-masing dan makna yang muncul ketika kedua kata tersebut dirangkaikan.Istilah konflik secara etimologis berasal dari bahasa latin “con”yang berarti bersama dan “fligere” yang berarti benturan atau tabrakan. Dengan demikian, “konflik” dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan, keinginan, pendapat, dan lain-lain yang paling tidak melibatkan dua pihak atau lebih. Sedangkan negosiasi dalam Oxford adalah suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan melalui diskusi formal. Dalam KBBI (Kamus Besar BahasaIndonesia), kata negosiasi diartikan sebagai proses tawar-menawar dengan jalan berunding untuk memberi atau menerima guna mencapai kesepakatan bersama antara satu pihak (kelompok atau organisasi) dengan pihak lain.
Karl marx (1818-1883) sangat pantas di sebut tokoh utama pengagas teori konflik. Meskipun kemudian banyak sarjana yang mengembangkan teori ini, tokoh klasik teori ini adalah marx 5.
jika penelusuran teori ini di tarik lagi kebelakan, dasar-dasar teori konflik sudah ada dalam pemikiran thomas hobes (1588-1679)6. Iya dalah orang yang paling berpengaruh dalam mengembangkan paham matearialisme.7 menurut hobes, mahluk hidup tersusun dari materi. Sifat dasar manusia di dalam kehidupan hanya untuk memenuhi ego (materi).
_________________________
5.Para sosiolog yang mengembangkan teori konflik setelah karl marx adalah c. Wright Mills (1956-1959) Leis Coser (1956),Aron (1957),dahrendorf(1959),dan Randall Collins (1975)
6. Sebelum hobes,ide teori konflik sudah ada dalam pikiran niccolo machiavelli (1469-1527). Menurutnya, manusia memiliki watak dasar alamiah berupa sifat rakus yang tidak pernah terpuaskan, penipu, dan tidak ada belas kasihan.sifat-sifat ini di miliki arena terbatasnya sumber daya ekonomi.oleh karena itu, dengan sifat ini smanusia akan selalu mengalami konflik.
7. Jostein Gaarder, Sophie’s world : A novel About the history of Philosophy, canada :harper Collins 1994.
Dalam memenuhi kebutuhan materinya manusia berkompetisi dengan manusia lainnya, bahkan dengan menggunakan berbagai macam cara oleh karena itulah menurut hobes, manusia adalah serigala bagi yang lainnya (homo homini lupus) yang mencerminkan bahwa diantara manusia selalu di warnai oleh pola relasi dominasi dan penindasan.
Adapun definisi negosiasi menurut Goodpaster: proses interaksi dan komunikasi yang dinamis dan beraneka ragam, mengandung seni dan penuh rahasia, untuk mencapai suatu tujuan yang dianggap menguntungkan para pihak.Interaksi, komunikasi dan seni, serta tujuan merupakan elemen dalam definisi diatas.6
Negosiasi diartikan oleh Friedrich-Naumann-Stiftung sebagai suatu proses dimana sedikitnya dua orang (atau lebih) berusaha mencapai sesuatu, agar hal itu tercapai, kedua pihak harus menyepakati suatu cara pemecahan.
Konflik dan negosiasi adalah dua hal saling terkait secara dinamis,interaksi yang berulang antara sumber dan target yang secara simultan bergantian menjadi pengirim dan penerima pesan, usaha saling mempengaruhi.Menurut penulis, konflik muncul karena adanya perbedaan pandangan dalam mencapai tujuan. Sementara negosiasi digunakan untuk menyelesaikan konflik.Dalam dinamika konflik dan negosiasi ada upaya untuk saling mempengaruhi.Salah satu cara mempengaruhi adalah dengan persuasi yang diartikan sebagai aktivitas menciptakan, menguatkan, atau memodifikasi kepercayaan, sikap, atau perilaku.
______________________
6 Cahyo S. Wijaya, Jurus Maut Negosiasi: Kiat Efektif Menjadi Negosiator Handal,(Yogyakarta: Second Hope, 2011), h. 7.
Ada perbedaan antara persuasi dengan negosiasi yaitu dalam negosiasi sumber dan target saling mempengaruhi dalam suatu keadaan yang saling ketergantungan. Hasil (out come) tergantung pada tindakan orang lain.Sementara persuasi mengandung satu potret interaksi dimana sumber tidak secara langsung memengaruhi target dengan perhatian pada satu dimensi masalah, tidak ada saling ketergantungan. Persuasi dikatakan berhasil jika bisa mengubah pemikiran atau kepercayaan seseorang, dimana perubahan pemikiran dan sikap akan memengaruhi perubahan perilaku.
MACAM-MACAM KONFLIK
Untuk memudahkan analisis permasalahan ini, akan di sajikan beberap bentuk konflik sebagai salah-satu gejala sosial masyarakat indonesiayang di antaranya
Konflik Gender
Istilah ender bukan merujuk pada aspek perbedaan jenis kelamin dimana laki-laki di tunjukan dengan identitas diri dan dimana laki-laki memiliki alat kelamin yang berbeda dengan perempuan, akan tetapi gender berorientasi pada aspek sosio kultural.
Konflik rasial dan antar suku
Istilah ras sering kali diindentikkan dengan perbedaan warna kulit manusia, diantaranya ada sebagian kelompok manusia yang berkulit putih, sawo matang dan hitam.
Konflik Antar umat Agama
Agama tidak cukup di pahami sebagai mmetode hubungan penyembahan manusia kepada tuhan serta seperangkat tata aturan kemanusiaan atas dasar untunan kitab suci.
Konflik antar Golongan
Menyimak peristiwa pembakaran kantor-kantor pemerintah di kabupaten kaur riau beberapa waktu yang lalu (2005) oleh massa yang tidak terkendali emosinya akibat ketidakpuasan rakyat atas hasil pilkada telah menunjukkan betapa rawanya pilkada kita terhadap konflik baik yang bersifat horizontal maupun vertikal.
Konflik Kepentingan
Didalam dunia politik “tiada lawan yang abadi dan tiada pula kawan yang abadi, kecuali kepentingan abadi.”dengan demikian konflik kepentingan identik dengan konflik politik.
Konflik antar Pribadi
Konflik antar individu adalah konflik sosial yang melbatkan individu didalam konflik tersebut.
Konflik antar kelas Sosial
Konflik yang terjadi antar kelas sosial biasanya berupa konflik yang bersifat vertikal yaitu konflik anatara kelas sosial atas dan kelas sosial bawah.
Konflik antar Negara atau Bangsa
Konflik antar negara adalah konflik yang terjadi antara dua negara atau lebih.
PANDANGAN TENTANG KONFLIK
Dalam uraian di bawah ini disajikan beberapa pandangan tentang konflik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Robbins (1996:429).
Pandangan Tradisional (The Traditional View).
Pandangan ini menyatakan bahwa semua konflik itu buruk. Konflik dilihat sebagai sesuatu yang negatif, merugikan dan harus dihindari. Untuk memperkuat konotasi negatif ini, konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Pandangan ini konsisten dengan sikap-sikap yang dominan mengenai perilaku kelompok dalam dasawarsa 1930-an dan 1940-an. Konflik dilihat sebagai suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurangnya kepercayaan dan keterbukaan di antara orang-orang,dan kegagalan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
Pandangan Hubungan Manusia (The Human Relations View).
Pandangan ini berargumen bahwa konflik merupakan peristiwa yang wajar terjadi dalam semua kelompok dan organisasi. Konflik merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari, karena itu keberadaannya harus diterima dan dirasionalisasikan sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi peningkatan kinerja organisasi.
Pandangan Interaksionis (The Interactionist View).
Pandangan ini cenderung mendorong terjadinya konflik, atas dasar suatu asumsi bahwa kelompok yang koperatif, tenang, damai, dan serasi, cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut aliran pemikiran ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimun secara berkelanjutan, sehingga kelompok tetap bersemangat (viable), kritis-diri (self-critical), dan kreatif.
PENYEBAB KONFLIK DALAM NEGOISASI
Dalam negosiasi terdapat banyak hal yang bisa menyebabkan konflik (Jackman 2005, 72). Berikut ini dipaparkan beberapa contoh penyebab konflik dalam negosiasi :
Ketika satu pihak atau lebih menolak untuk bergerak dari posisi awal negosiasi;
Lebih fokus kepada orang dan posisi daripada masalah yang ada;
Adanya agenda tersembunyi atau rasa saling tidak percaya terhadap motivasi pihak lawan;
Manipulasi dan perilaku agresif terhadap salah satu pihak atau Keinginan untuk menang, tanpa mempedulikan apapun resikonya;
Mengejar sasaran yang terlalu tinggi dan tidak realistis.
Tidak bersedia meluangkan waktu untuk menjajaki posisi lawan dan/atau,
adanya penolakan untuk menghargai sudut pandang lawan;
Kurang jelasnya peran atau tingkat otoritas;
Kriteria subyektif yang digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan atau proses pengambilan keputusan yang tidak jelas.
Dalam negosiasi seorang manajer harus dapat memahami sikapnya terhadap konflik. Pemahaman tersebut dapat berguna sebagai persiapan dan pemikiran dalam menghadapi konflik ketika konflik tersebut muncul dalam negosiasi
REAKSI DALAM KONFLIK
Ada berbagai reaksi yang timbul akibat adanya konflik dalam organisasi, antara lain :
Amarah
Amarah dan sikap bermusuhan dalam diri lawan negosiasi bisa menakutkan dan sulit dihadapi. Penyebab amarah timbul karena perasan tidak aman,gelisah rasa kurang percaya diri. Biasanya amarah ditunjukkan dengan bahasa tubuh akibat dari naiknya tekanan darah dan menegangnya otot-otot. Lawan cenderung berbicara lebih cepat, tidak teratur, lebih keras dan dengan nada suara yang meninggi serta menggunakan suara yang agresif. Cara untuk mengatasi amarah dapat dilakukan dengan cara internal dan eksternal.
Internal, jaga jarak secara psikologis, dan pahami apa yang terjadi dan jangan libatkan diri secara emosional.
External, biarkan lawan mengungkapkan perasaannya dan dengarkan dengan baik apa yang dikatakannya. Klarifikasi dan analisis penyebab kemarahannya dengan cara mengulangi kembali, mengajukan pertanyaan dan lakukan dengan sikap netral tanpa meremehkan atau merendahkan lawan. Jangan sekali-kali untuk membalas dengan amarah yang sama.
2. Kritik
Kritik jika disampaikan dengan cara yang konstruktif dapat menjernihkan suasana dan dapat meningkatkan kualitas hubungan kedua belah pihak. Cara menyampaikan kritik agar berhasil adalah sebagi berikut :
Pilih waktu dan tempat, dan pastikan emosi tidak sedang meninggi;
Jelaskan perilaku yang ingin diubah dengan spesifik, jangan sampai mengakimi;
Ungkapkan perasaan, dan jangan menyalahkan;
Meminta perubahan perilaku yang semestinya diinginkan;
Jelaskan hal positif yang akan diperoleh dan akibat buruk jika tidak mau berubah;
Ingat, posisi kedua belah pihak adalah sama-sama penting;
Akhiri dengan pernyataan positif;
Umpan balik yang sebanding dengan kritik.Dalam menyampaikan kritik harus memperhatikan hal-hal sebagi berikut:
a. Yang dikritik adalah perilaku lawan bukan
orangnya;
Pertimbangkan apabila lawan tidak menyetujui kritikan, apakah siap berkompro-mi?
Sampaikan kritik dengan cara-cara yang konstruktif;
Sedangkan hal-hal yang harus dihindari adalah:
Bersikap defensif terhadap kritik, mempertahankan dan membenarkan perilaku yang telah dilakukan;
Saling serang kritik;
Menerima kritik dengan sikap agresif dengan reaksi yang tidak pantas, pasif dan manipulatif untuk menyerang lawan.
Dalam menerima kritik hendaknya kita bersikap asertif, mengakui bahwa kita salah dan menunjukkan kepada lawan bahwa kita terbuka untuk bersedia bergerak maju dalam negosiasi, serta menggunakan pendekatan yang positif dan meminta saran kepada lawan. dengan istilah yang menghina dan merendahkan. Ketika konflik mencapai pada level yang ekstrim mungkin mengakibatkan sebuah konflik yang tidak teratasi/tidak terselesaikan sehingga negosiasi harus dihentikan (deadlock). Untuk mencegah deadlock tersebut pihak ketiga harus dihadirkan sebagai mediator. Dalam menengahi deadlock tersebut mediator harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Mediator harus mengakui adanya konflik dan mengarahkan pada cara-cara untuk menyelesaikan persoalan yang timbul. Bagi pihak-pihak yang bertikai konflik dianggap sebagai suatu masalah yang serius, oleh karena itu mediator tidak boleh menganggap remeh konflik tersebut;
Mediator harus bersikap netral. Mediator tidak boleh menunjukkan persetujuannya kesalahsatu pihak, baik dengan ekspresi muka, gerakan tubuh atau mengulangi pernyataan dari salah satu pihak yang bertikai. Dengan bersikap netral diharapkan kedua pihak akan merasa nyaman untuk meyampaikan tuntutan mereka;
Mediator harus memfokuskan diskusi pada masalah bukan kepada pribadi yang bertikai;
Mediator harus meletakkan pihakpihak yang bertikai pada perspektifnya dengan mengidentifikasi bidang-bidang yang akan disetujui dan memfokuskan pada masalah secara satu persatu;
Mediator bersikap sebagi fasilitator dan bukan sebagai hakim yang akan menentukan siapa yang menang dan kalah;
Mediator harus memperoleh keyakinan bahwa pihak yang bertikai mendukung solusi yang telah mereka setujui.
TEORI-TEORI KONFLIK
Teori-teori utama mengenai sebabsebab konflik adalah:
1. Teori hubungan masyarakat Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi, ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok
yang berbeda dalam suatu masyarakat. Sasaran: meningkatkan komunikasi dan saling pengertian antara kelompok yang mengalami konflik, serta mengusahakan toleransi dan agar masyarakat lebih bisa saling menerima keragaman yang ada di
dalamnya.
a. Teori kebutuhan manusia
Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan dasar mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi, dan otonomi. Sasaran: mengidentifikasi dan mengupayakan bersama kebutuhan mereka yang tidak terpenuhi, serta menghasilkan pilihanpilihan untuk memenuhi kebutuhan itu.
Teori negosiasi prinsip
Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi
tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak konflik. Sasaran: membantu pihak yang berkonflik untuk memisahkan perasaan pribadi dengan berbagai masalah dan isu dan memampukan mereka untuk melakukan negosiasi berdasarkan kepentingan mereka daripada posisi tertentu yang sudah tetap. Kemudian melancarkan proses kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak atau semua pihak.
Teori identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak diselesaikan. Sasaran: melalui fasilitas lokakarya dan dialog antara pihak-pihak yang mengalami konflik, sehingga dapat mengidentifikasi ancaman dan ketakutan di antara pihak tersebut dan membangun empati dan rekonsiliasi di antara mereka.
Teori kesalahpahaman antarbudaya
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidakcocokan dalam cara-cara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda. Sasaran: menambah pengetahuan kepada pihak yang berkonflik mengenai budaya pihak lain, mengurangi streotip negatif yang mereka miliki tentang pihak lain, meningkatkan keefektifan komunikasi antarbudaya.
Teori transformasi konflik
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalah masalah ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya dan ekonomi. Sasaran: mengubah struktur dan kerangka kerja yang menyebabkan ketidaksetaraan dan ketidakadilan termasuk kesenjangan ekonomi, meningkatkan jalinan hubungan dan sikap jangka panjang di antar pihak yang berkonflik, mengembangkan proses dan sistem untuk mempromosikan pemberdayaan, keadilan, perdamaian.
STRATEGI DAN TAKTIK NEGOISASI
Pendekatan dalam melakukan negoisasi di kenal ada dua macam yaitu : distributive bargaining dan intergrative bargaining. Distributive bargaining merupakan negoisasi yang berusaha membagi sejumlah umber daya yang tetap, dimana terdapat situasi win-loose. Distributive bargaining terjadi seperti dalam negoisasi antara pekerja dan manajemen. Karena setiap negoisasi oleh pekerja akan meningkatkan biaya manajemen, masing-masing pihak melakukan persetujuan secara agresif dan memperlakukan pihak lain sebagai lawan yang harus di kalahkan.
Sedangkan integrative bargaining merupakan negoisasi yang mencari satu atau lebih penyelesaian yang dapat menciptakan win-win solution. Integrative bargaining lebih di sukai dari pada distributive bargaining karena membangun hubungan jangk panjang. Integrative bargaining mengikat negoisator dan memungkinkan mereka meninggalkan meja perundingan merasa telah mendepatkan kemenangan.
Perbedaan keduanya di gambarkan oleh robbins dan judge (2011 ; 500) berdasarkan karakteristik bargaining, seperti tampak pada tabel 17.1
Bargaining Characteristic
Distributive Bargaining
Integrative bargaining
Goal
Get as much of the pie as possible
Expand the pie so that both parties are statisfied
Motivation
Win-lose
Win-win
Focus
Postions (“I can’t go beyond this point on this issue”)
Interests (“Can you explain why this issue is so important to you”)
Interests
Opposed
Congruent
Information Sharing
Low (Sharing information will only allow other party to take advantage)
High (sharing information will allow each party to find ways to satisfy interests of each party)
Duration of relationship
Short term
Long term
Sumber: Stephen P. Robbins dan Timothy A Judge, Organizational behavior,2011
Taktik negoisasi yang dianjurkan untuk dapat di pergunakan, antara lain di kemukakan adalah sebagai berikut (Gisbon, Ivancevich, Donnely, dan konopaske, 2012 “278”
Good-Guy/Bad Guy Team.
Anggotta kelompok negoisasi Bad Guy mengadvokasi posisi terlalu banyak di luar garis sehingga apapun yang di katakan Good Guy kelihatan masuk akal.
The Nibble.
Taktik ini menyangkut mendapatkan konsesi individual setelah kesepakatan telah di capai. Misalnya permintaan untuk menjadi posisi staf oleh manajer pemasaran setelah kesepakatan di capai antara kelompok dan kelompok pemasaran lain tentang pembagian tugas riset pemasaran.
Join Problem Solving.
Manajer seharusnya tidak pernah berasumsi bahwa semakin menang satu pihak, semakin banyak pihak lain kalah. Alternative yang layak yang belum di pertimbangkan mungkin muncul.
Power of Competicion.
Negoisator yang ketat menggunakan kompetisi buat lawan berpikir bahwa kita tidak perlu mereka.
Splitting the Difference
Ini dapat menjadi tekhnik ketika kedua kelompok sampai pada titik impas. Tetpi manajer harus berhati-hati ketika kelompok lain menawarkan menyisakan perbedaan terlalu awal. Mungkin berarti kelompok lain telah mendapatkan lebih dari yang pantas dia pikirkan.
Low balling
Tawaran rendah yang mentertawakan dan tau konsesi serng di pergunakan untuk menurunkan harapan kelompok lain. Manajer tidak searusnya membiarkan tipe tawaran ini menurunkan harapan atau tujuanya, maupunmanajer berhenti mengasumsi posisi kelompok lain adalah tidak fleksibel.proses komunikasi harus berlanjut.
NEGOISASI PIHAK KETIGA SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK
Terdapat 4 peran dasar pihak ketiga, yaitu sebagai: mediator, arbitrator, conciliator, dan consultan (robbins dan Judge, 2011: 507)
Mediator.
adalah pihak ketigayang netral yang menfasilitasi alternative, dan semacamnya. Mediator di pergunakan secara luas dalam negoisasi pekerja manajemen dan perselisihan dalam pengadilan. Efectifitas secara keseluruhan cukup impresive.
Arbitrator.
Adalah pihak ketiga dengan kewenangan mendiktekan kesepakatan. Arbitrati dapat bersifat sukarela diminta oleh para pihak aau di paksa oleh hukum atau kontrak. Kelebihan arbitrati atas mediasi adalah selalu menghasilkan penyelesaian. Apabila satu pihak merasa di kalahkan, pihak tersebut psi tidak puas dan tidak mungkin dengan ramah menerima keputusan atbitrator.
Conciliator
Adalah pihak ketiga yang dipercaya menyediakan saluran komunikasi informal antara negoisator dengan lawanya. Membandingkan konsiliasi pada mediasi pada ukuran efektivitas terbukti sulit karena keduanya banyak tumpang tindih. Dalam praktik, konsiliator umumnya bertindak lebih banyak dari pada sekedar saluran komunikasi.mereka juga terika dalam menemukan fakta, menginterpretasikan fakta dan membujuk orang yang berselisih untuk membangun kesepakatan.
Consultant.
Adalah pihak ketiga yang terampil dan tidak memihak yang berusaha memfasilitasi pemecahan masalah melalui komunikasi dan analisis, di bantu oleh pengetahuan manajemen konflik.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Negosiasi adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari agar dapat bertahan dalam bisnis atau bidang lainnya. Dalam pelaksaaan negosiasi tidak jarang terjadi konflik yang membawa masalah tersendiri dari tingkat yang sederhana sampai masalah yang kompleks sehingga mengganggu jalannya negosiasi.
Konflik selalu timbul jika pandangan satu pihak berbeda.dengan pandangan pihak lawan. Agar konflik dapat memberikan manfaat yang optimal dalam negosiasi dan mengurangi efek negatifnya, konflik dapat dikelola dengan melakukan pencegahan dan penanganan konflik sehingga tujuan dan sasaran dalam negosiasi dapat tercapai.
Jika dalam negosiasi menemukan jalan buntu dapat diusulkan untuk dilakukan penangguhan guna menyediakan waktu bagi kedua belah pihak untuk berpikir dan merenung ketika situasi menjadi sulit. Penangguhan bukan berarti menunda negosiasi tetapi untuk memberikan kesempatan bernapas ketika ketegangan muai meningkat dan waktu penangguhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kedua belah pihak dan bukan dimaksudkan untuk menghindar dari konflik yang terjadi.
Akhirnya penulis menyimpulkan apabila konflik dapat dikelola dan ditangani dengan baik, dapat memberikan manfaat dan akhirnya meningkatkan hubungan yang lebih baik antara kedua belah pihak sehingga tujuan dan sasaran negosiasi antara kedua belah pihak dapat tercapai
SARAN
Diharapkan kepada pembaca untuk memberikan keritik dan sarannya agar makalah dikemudian hari bisa lebih baik dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
James S. Coleman, Dasar-Dasar Teori Sosial, Bandung, Nusa Media, 1994.
Elly M. Setiadi, Pengantar Sosiologi, Jakarta, Kencana Prenamedia Group, 2011.
Jacobus Ranjabar,S.H.,M.Si, Perubahan Sosial,Teori-teori dan Proses Perubahan Sosial serta Teori Pembangunan, Bandung, Alfabeta, 2015
Novri Susan, M.A, Pengantar Sosiologi Konflik, Jakarta, 2009.
Prof.Dr.Wibowo.S.E.,M.PHIL, Perilaku Dalam Organisasi, Tangerang, 2013
https://www.neliti.com/id/publications/23153/mengenal-konflik-dalam negoisasi
Komentar
Posting Komentar